Senin, 21 Maret 2011

Upacara Pengukuhan Raja Adipati

CIREBON, TRIBUN - Upacara pengukuhan Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat sebagai Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon berlangsung cukup khidmat. Sejumlah tamu undangan yang terdiri dari raja-raja se-Nusantara turut menjadi saksi dikukuhkannya putra pertama Sultan Sepuh XIII itu menjadi Sultan Sepuh XIV.

Di antara raja yang hadir, Rabu (9/6) siang di Bangsal Panembahan, Komplek Keraton Kasepuhan adalah Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar (Kapolwiltabes) Semarang. Kombes Rata PenuhEdward Syah Perong. Namun tentu saja, ia datang buakn sebagai Kapolwiltabes, melainkan sebagai raja atau sultan dari Kesultanan Skala Brak, Lampung.

Didampingi istrinya, raja dengan sebutan Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung, ini datang didampingi istri tercinta. Selain itu, sejumlah abdi dan penari juga turut mengiring kedatangan Edward di Komplek Keraton Kasepuhan.

Bahkan saat turun dari mobil, Edward yang mengenakan pakaian kebesaran Kesultanan Skala Brak langsung diiringi para penari dan abdi. Seolah mengikuti irama, para penari itu pun berlenggak-lenggok membawakan beberapa gerakan tari.

Di tangan para penari, terlihat ada kipas dari bulu ayam. Kipas itulah yang dijadikan hiasan sekaligus untuk mempercantik keluwesan tangan para penari.

Selain diiringi penari, kedatangan Edward juga dilengkapi dengan sejumlah alat upacar adat. Contoh yang paling kasat mata adalah payung agung. Payung berwarna kuning keemasan itu tidak pernah luput memayungi Edward.

Menurut adat Kesultanan Skala Brak, payung agung melambangkan keagungan dan kebesaran Sai Batin (sebutan untuk sultan atau raja setempat, Red) sebagai pengayom masyarakat.

Payung agung biasa menyertai Sai Batin dalam upacara kebesaran, termasuk undangan kerajaan. Tak heran jika pada saat menghadiri pengukuhan Sultan Sepuh XIV, kemarin, payung agung itu setia menyertai.

Selain raja dari Kesultanan Skala Brak, hadir juga belasan raja dari kerjaan atau kesultanan se-Nusantara. Di antaranya raja Badung, Bali, Yang Mulia Ida Cokorda Agung Ngurah Jambe Pamecutan, raja Keraton Surakarta Hadiningrat, dan lain-lain.

Tidak ketinggalan, pengamat raja dan sultan Nusantara, Ray Sahetapi juga turut hadir. Bahkan dia termasuk ke dalam tamu undangan VIP Sultan Sepuh XIV.

Karena Sultan Sepuh XIV pernah menjadi anggota DPD RI, sejumlah pimpinan dan anggota DPD juga turut hadir. Di antaranya Ketua DPD RI Irman Gusman, Wakil Ketua Kanjeng Ratu Hemas, dan anggota dari Jawa Barat seperti KH Sofyan Yahya dan Prof M Surya.

Sementara dari Pemerintah Provisni Jawa Barat, ada Wakil Gubernur Dede Yusuf. Dari Kota Cirebon, Wakil Wali Kota Sunaryo HW, dan dari Kabupaten Cirebon hanya perwakilannya. Selain itu, Bupati Karawang Dadang S Muchtar juga ikut menyaksikan prosesi upacara pengukuhan.

Upacara pengukuhan dimulai pukul 14.00 di Bangsal Panembahan Komplek Keraton Kasepuhan. Sebelum dikukuhkan, PRA Arief Natadiningrat tidak duduk di bangsal, dia berada di luar bangsal. Sementara yang di bangsal hanya keluarga, kerabat, para raja dan undangan VIP lainnya.

Barulah beberapa menit kemudian, PRA Arif Natadiningrat memasuki Bangsal Panembahan. Dengan mengenakan pakaian kebesaran, dia berdiri menghada para wargi, abdi dalem dan masyarakat luas yang duduk di Jinem Pangrawit. Sementara para tamu VIP berada duduk lesehan di kiri-kanan Sultan Sepuh berdiri.

Prosesi pengukuhan pun dimulai, setelah seorang abdi menyerahkan keris peninggalan Sunan Gunung Jati kepada PRA Arief Natadiningrat. Kersi yang dibungkus kain kuning keemasan itu pun dibuka, dan dipasangkan di pinggang PRA Arief Natadiningrat. Pemasangan keris dilakukan sendiri.

Dengan dipasangkannya keris, maka PRA Arief Natadiningrat pun resmi menjadi Sultan Sepuh XIV, menggantikan almarhum Sultan Sepuh Pakuningrat.

Sultan Sepuh pun langsung menyampaikan pidato pertamanya di hadapan keluarga, kerabat dan wargi keraton, serta undangan lainnya. Dalam pidatonya, Sultan Sepuh menyinggung soal ajaran yang diusung Keraton Kasepuhan sebagai pewaris ajaran Sunan Gunung Jati.

"Dalam akhir hayatnya, Sunan Gunung Jati berpesan, 'Ingsun titip tajug lan fakir miskin'. Pesan tersebut sangat membumi, dan itu yang akan kami teruskan," ujar Sultan Sepuh.

Pesan tersebut, kata Sultan Sepuh, mengandung dua aspek terpenting dalam kehidupan manusia, yakni keseimbangan vertikal (dengan Tuhan) dan horizontal (dengan sesama). "Tajug yang artinya langgar atau masjid kecil berarti hubungan vertikal, sementara fakir miskin adalah hubungan kita dengan sesama," ucapnya.

Dalam pidato pertamanya, Sultan Sepuh XIV juga membacakan sejarah dan silsilah keberadaan Keraton Kasepuhan yang beridiri sejak 1946 lalu.

Seusai pidato, upacara diisi dengan pelepasan 14 burung merpati. Pelepasan itu disertai juga oleh para raja dan tamu VIP. Setelah itu, barulah penanaman 14 pohon dewandaru di Taman Dewandaru Keraton Kasepuhan.

Sementara Wakil Gubernur Dede Yusuf di sela-sela penanaman pohon mengucapkan selamat kepada Sultan Sepuh XIV. Dia juga mengharapkan ada perbaikan yang dilakukan Sulatn Sepuh XIV sehingga Keraton Kasepuhan semakin termasyhur di seantero Nusantara.

"Tapi saya optimistis beliau bisa melakukan itu. Pengalaman beliau di bidang politik sudah cukup, begitu juga dengan networking-nya," kata Dede Yusuf.

Ucapan selamat juga disampaikan para raja dan sultan yang hadir. Seperti Yang Mulia Ida Cokorda Agung NGurah Jambe Pamecutan dari Badung, Bali. "Selamat untuk Sultan Sepuh XIV, semoga bisa melanjutkan cita-cita para pendidi keraton terdahulu," ucapnya.

Upacara diakhiri dengan salawatan dan doa bersama. Sementara malam harinya, Sultan dan keluarga melakukan resepsi untuk para raja se-Nusantara. Kabarnya, dalam pertemuan tertutup itu pun, akan dibahas soal rencana Festival Keraton Nusantara 2010 di Palembang, yang akan digelar akhir tahun ini.

0 komentar:

Posting Komentar